rodjetton.org – Dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP29) yang berlangsung pada Desember 2024 di Dubai, China kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu negara yang mendorong langkah ambisius untuk mengatasi krisis iklim. Dalam pidatonya, perwakilan China menekankan pentingnya menegakkan kewajiban iklim yang lebih tegas dan merata dalam perjanjian internasional.
China Dorong Komitmen Global
China, sebagai salah satu emiten karbon terbesar di dunia, menyoroti kebutuhan mendesak untuk memastikan semua negara memenuhi target pengurangan emisi mereka. Pemerintah Tiongkok mengusulkan mekanisme yang lebih transparan dan sanksi yang ketat bagi negara-negara yang gagal mencapai tujuan iklim.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup China, Zhang Weidong, menyatakan, “Perubahan iklim adalah tantangan global yang memerlukan tanggung jawab bersama tetapi berbeda. Negara maju harus memimpin dengan memberikan dukungan teknologi dan pendanaan bagi negara berkembang.”
Menekan Negara Maju untuk Tanggung Jawab Lebih Besar
Dalam pernyataannya, China menggarisbawahi bahwa negara-negara maju harus memikul beban lebih besar dalam pengurangan emisi. Menurut mereka, negara maju memiliki tanggung jawab historis atas akumulasi emisi karbon sejak revolusi industri.
China juga menyerukan penambahan dana pada Green Climate Fund untuk membantu negara-negara berkembang beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Mereka meminta agar negara-negara maju memenuhi janji pendanaan sebesar $100 miliar per tahun yang disepakati sejak COP15 di Kopenhagen.
Langkah Konkret China
Meskipun menghadapi kritik atas tingkat emisinya yang tinggi, China menunjukkan komitmen nyata melalui sejumlah inisiatif:
- Investasi Energi Terbarukan: China menjadi pemimpin dunia dalam kapasitas tenaga surya dan angin, serta mempercepat transisi dari batu bara ke energi hijau.
- Kota Karbon Rendah: Program percontohan di lebih dari 50 kota telah diterapkan untuk mengurangi jejak karbon.
- Penghijauan Skala Besar: Kampanye penanaman pohon besar-besaran telah menyerap jutaan ton karbon setiap tahun.
Tantangan dan Harapan
Meskipun demikian, upaya China menghadapi tantangan signifikan, termasuk ketergantungan pada batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya yang besar. Selain itu, skeptisisme dari negara-negara lain tentang keseriusan China dalam memenuhi komitmen iklim menjadi hambatan dalam membangun kepercayaan global.
Namun, dorongan kuat China untuk kewajiban iklim di bawah perjanjian PBB ini mencerminkan keinginannya untuk memainkan peran utama dalam diplomasi lingkungan.
Kesimpulan
Langkah China dalam mendorong kewajiban iklim yang lebih ketat di tingkat global menegaskan komitmennya terhadap masa depan yang berkelanjutan. Dengan kerja sama internasional yang lebih erat, target untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5°C masih dapat tercapai.
Konferensi ini menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan perubahan iklim adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan solidaritas dan tindakan nyata dari semua negara.